Bagaimana Menjaga Kesucian Pura

  Sebuah pertanyaan yang sederhana ada dalam benak saya, bagaimana menjaga kesucian Pura,,?? “Mengapa Pura harus dijaga kesuciannya,apa pula kriteria kesucian itu”“Bukankah Sanghyang Widhi ada di mana-mana, walaupun di tempat kotor dan nista sekalipun?”

Akhirnya,,dari jalan-jalan di dunia maya ketemu sebuah jawaban yang persis sama dengan apa yang saya pikirkan selama ini, lewat tulisan ini saya ingin sampaikan jawabannya apa yang saya dapatkan. Saya temukan artikel ini dari stitidharma.org yang sekaligus di asuh oleh  Ida Bhagawan Dwija, dalam tulisan beliau di bawah ini

Baca lebih lanjut

Doa Sehari-Hari Menurut Hindu

     Om Swastyastu.artikel ini dicopas dari stitidharma.org , sebagai bahan informasi  kepada umat Hindu di mana pun berada, dengan harapan dapat digunakan di saat bersembahyang baik dalam rangka suatu upacara tertentu maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kita mengetahui bersama bahwa pada dewasa ini umat Hindu sedang menghadapi tantangan yang cukup berat sebagai dampak pengaruh globalisasi dunia yang tidak hanya menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, tetapi juga telah memasuki bidang spiritual.

Oleh karena itu umat Hindu, khususnya kaum muda, pelajar, dan mahasiswa perlu mempunyai pegangan yang teguh dalam ke-Hindu-an mereka, antara lain dalam mengucapkan doa, puja, dan mantra yang tepat dan benar.

Baca lebih lanjut

Parama Shanti

“Parama Shanti

        Setiap tempat memiliki keunikan spiritual. Keunikan spiritual Peru diceritakan secara amat menarik oleh James Redfield dalam The Celestine Prophecy. Keindahan spiritual Tibet dituturkan secara menawan oleh Sogyal Rinpoche dalam The Tibetian Book of Living and Dying. Keunikan spiritual Jepang ditulis rapi oleh Inazo Nitobe dalam Bushido, The Soul of Japan. Dan keindahan India ditulis banyak sekali orang, salah satunya oleh Osho dalam India My Love.

Bali juga sudah ditulis oleh banyak pihak. Mudah-mudahan nanti ada yang menulis keindahan spiritual Bali dengan menggunakan Parama Shanti (ultimate peace) atau damai yang maha utama sebagai acuan. Sebuah kegiatan yang dilakukan oleh nyaris semua orang Bali ketika mengakhiri persembahyangan di pura.

Baca lebih lanjut